Bandung, Telkom University – Trend Avatar di dunia Metaverse semakin popular di masa pandemi. Istilah Metaverse kini tengah menjadi trending topic, apalagi setelah mendiri Facebook, Mark Zuckerberg mengganti nama perusahaan menjadi Meta Platform In atau Meta. Istilah Metaverse sendiri dipopulerkan Neal Stephenson lewat novelnya Snow Crash pada 1992. Istilah ini berasal dari kata Meta yang artinya Melampaui dan Universe yang artinya Semesta. Di sini Stephenshon merujuk pada dunia virtual 3D yang dihuni oleh Avatar orang sungguhan.
Metaverse versi Zuckerberg digambarkan sebagai ruang virtual, di mana para penjelajah dapat melakukan berbagai aktivitas layaknya di dunia nyata, sepertinya melangsungkan rapat kantor, konferensi video, presentasi, hingga aktivitas hiburan seperti menonton konser dan belanja produk brand ternama.
Dalam program New Normal Berita Satu Dr. Andry Alamsyah, Associate Professor Telkom University, menjelaskan bahwa Metaverse merupakan bagian dari perkembangan teknologi web 3.0, yaitu generasi yang lebih canggih lagi dari teknologi yang ada sekarang. Melalui Metaverse, kita akan mendapatkan pengalaman masuk ke dalam dunia digital dan mendapatkan interaksi sosial seperti di dunia nyata.
“Metaverse ini diibaratkan seperti sebuah wadah yang besar. Pada Metaverse, semua serba digital melalui Virtual Reality. Nantinya showbiz, entertainment, konser musik, fashion show, demo masak, talkshow, dan sebagainya itu semuanya mungkin terjadi di dunia virtual.”
Andry berpendapat ada tiga hal yang perlu disiapkan untuk pengembangan Metaverse di Indonesia, yaitu infrastruktur, sumber daya dan literasi ke publik. Di Indonesia sendiri, keahlian di bidang Metaverse belum banyak dikembangkan. Namun dengan sumber daya yang ada, Indonesia dapat menjadi unggulan di masa yang akan datang. Keterkaitan perkembangan teknologi dan bidang akademik merupakan tantangan yang harus dihadapi Indonesia kedepannya.
“Ini merupakan challenge yang luar biasa, sangat sulit juga sebenarnya, karena ilmu itu terus berkembang, teknologi juga berkembang, sementara dosen di kelompokkan dengan keilmuan masing-masing. Riset Metaverse itu harus multidisiplin, ada psikologinya, ada blockchainnya. Jadi ketika kita bisa membuat holistic riset atau hotistic kurikulum mengenai Metaverse, itu yang sulit di struktur pendidikan di kampus-kampus di Indonesia.”
Dengan adanya program Merdeka Belajar Kampus Merdeka, mahasiswa didorong untuk mendapatkan ilmu-ilmu yang lebih relavan dengan dunia industri. Sehingga perlu adanya sinergi dan kolaborasi antara dunia pendidikan dan kebutuhan industri saat ini.
Bandung, Telkom University – Trend Avatar di dunia Metaverse semakin popular di masa pandemi. Istilah Metaverse kini tengah menjadi trending topic, apalagi setelah mendiri Facebook, Mark Zuckerberg mengganti nama perusahaan menjadi Meta Platform In atau Meta. Istilah Metaverse sendiri dipopulerkan Neal Stephenson lewat novelnya Snow Crash pada 1992. Istilah ini berasal dari kata Meta yangRead MoreBerita, InovasiTelkom University